Oleh : Rasid Rachman
Tim 3 terdiri dari enam orang, termasuk saya. Katanya saya sebagai pimpinan tim 3, padahal saya hanya seminggu – dari seharusnya 12 hari – di Nias bersama tim 3. Oleh karena saya paling tua dibanding para anggota tim yang 5 – 15 tahun lebih muda, maka Lucia memanggil saya: Babe. Gerhard memanggil saya: Boss.
Lucia, dipanggil Cia. Padahal nama depannya Henny. Tinggal dan bekerja bersama-sama, menimbulkan kreativitas tim. Nama orang diganti, julukannyalah yang lebih dikenal. Alasannya, demi keakraban. Bahasa Inggris Cia paling bagus di antara kami, sebab dia satu-satunya yang lulus sekolah tinggi bahasa Inggris.
Cia datang bersama Tina. Tina ini pengusaha dan penjual sepatu di Bandung. Selain lebih dewasa dibanding yang lain, Tina pandai memijit. Jasanya sangat diperlukan, gratis pula. Kedewasaannya itulah yang menolongnya untuk ditidak diberi nama julukan.
Yang beda adalah Udin. Namanya aslinya Satya, tidak ada udin-udinnya. Rupanya ada selipan Syarifudin pada namanya. Udin baru lulus sekolah teologi. Karena terlihat lebih serius dibanding yang lain, maka ia diberi nama yang terkesan tidak serius. Yah … Udin, itulah.
Termuda dari tim 3 adalah Gerhard. Dia lahir di Gunung Sitoli, jasanya sebagai penerjemah. Dia paling banyak tahu tentang Nias. Kemudaan dan badannya yang lebih kecil, tampak imut, sering juga dijuluki si bungsu. Namun karena rambutnya menjadi pirang beberapa bulan lalu, teman-teman memanggilnya Bucheri, alias Bule Chelup Sendiri atau Bule Cet Sendiri.
Murtopo paling ahli dalam urusan kemping. Dia sudah di tingkat pelatih para pencinta alam. Gayanya yang jaim, jaga image, justru menjerumuskan dia mendapat julukan Intruktur (tanpa “s”). Entah mengapa, waktu itu ucapannya terdengar intruktur, bukan instruktur. Padahal menurut pengakuannya, dia tidak pernah menyebut kata itu, tetapi Pelatih. Sekali sebut, ternyata kurang “s”. ¨
Tim 3 terdiri dari enam orang, termasuk saya. Katanya saya sebagai pimpinan tim 3, padahal saya hanya seminggu – dari seharusnya 12 hari – di Nias bersama tim 3. Oleh karena saya paling tua dibanding para anggota tim yang 5 – 15 tahun lebih muda, maka Lucia memanggil saya: Babe. Gerhard memanggil saya: Boss.
Lucia, dipanggil Cia. Padahal nama depannya Henny. Tinggal dan bekerja bersama-sama, menimbulkan kreativitas tim. Nama orang diganti, julukannyalah yang lebih dikenal. Alasannya, demi keakraban. Bahasa Inggris Cia paling bagus di antara kami, sebab dia satu-satunya yang lulus sekolah tinggi bahasa Inggris.
Cia datang bersama Tina. Tina ini pengusaha dan penjual sepatu di Bandung. Selain lebih dewasa dibanding yang lain, Tina pandai memijit. Jasanya sangat diperlukan, gratis pula. Kedewasaannya itulah yang menolongnya untuk ditidak diberi nama julukan.
Yang beda adalah Udin. Namanya aslinya Satya, tidak ada udin-udinnya. Rupanya ada selipan Syarifudin pada namanya. Udin baru lulus sekolah teologi. Karena terlihat lebih serius dibanding yang lain, maka ia diberi nama yang terkesan tidak serius. Yah … Udin, itulah.
Termuda dari tim 3 adalah Gerhard. Dia lahir di Gunung Sitoli, jasanya sebagai penerjemah. Dia paling banyak tahu tentang Nias. Kemudaan dan badannya yang lebih kecil, tampak imut, sering juga dijuluki si bungsu. Namun karena rambutnya menjadi pirang beberapa bulan lalu, teman-teman memanggilnya Bucheri, alias Bule Chelup Sendiri atau Bule Cet Sendiri.
Murtopo paling ahli dalam urusan kemping. Dia sudah di tingkat pelatih para pencinta alam. Gayanya yang jaim, jaga image, justru menjerumuskan dia mendapat julukan Intruktur (tanpa “s”). Entah mengapa, waktu itu ucapannya terdengar intruktur, bukan instruktur. Padahal menurut pengakuannya, dia tidak pernah menyebut kata itu, tetapi Pelatih. Sekali sebut, ternyata kurang “s”. ¨
Tidak ada komentar:
Posting Komentar