Jumat, November 30, 2007

2005 AMA-INA VITA

Oleh : Rasid Rachman

Tim kami tinggal di rumah Ama dan Ina Vita. Kepala keluarga: Ama Vita, adalah orang Faekuna’a asli. Setahu dia, kakeknya sudah tinggal di situ. Ama Vita juga lahir di situ. Kini, usianya sekitar 60 tahun. Anaknya tinggal dua di rumah itu. Anak sulungnya: Vita, di Jakarta. Anak keduanya di Aceh, menjadi tentara. Anak ketiganya menjadi Polisi di Bengkulu.
Usahanya adalah perkebunan coklat. Hasil kebunnya dibawa ke Gunung Sitoli atau (Sumatra Utara). Dia menjual biji coklat itu dengan kapalnya sendiri. Anak-anak dan kerabatnya membawahi tenaga kerja di perkebunan. Setiap hari mereka bekerja memetik coklat. Dari pagi hingga petang, mereka sibuk di kebun.
Ama Vita juga membuka warung di rumahnya. Dia menjual sembako, alat perikanan, dan barang-barang kelontong. Untuk ukuran desanya, tokonya cukup besar. Kalau ada pesanan pembeli, Ama Vita bisa mendatangkan semen, mesin perahu, bahan bakar, atau apa saja asal cukup dibawa oleh kapalnya.
Awal tahun lalu, kapalnya tenggelam. Tidak lama kemudian, ia mendapat gantinya. Namun tidak lama kemudian, kapal barunya itu terbakar dan tenggelam lagi. Tahun 2004 lalu, sebelum tsunami, Ama Vita sudah kena dua kali musibah.
Waktu tsunami akhir Desember 2004, Ama Vita korban perahu penangkap ikannya. Perahu itu hancur di bagian lambungnya. Satu gudang di pinggir pantai, sebagai penyimpan coklat dan sembakonya hancur lebur. Karena gudang itu hancur, maka rumah satunya lagi (selama ini kosong) di sebelah gudangnya, selamat dan menjadi tempat pengungsian para korban tsunami.
Tinggal di rumahnya sangat menyenangkan, sebab segalanya sudah tersedia. Ada kamar, kamar mandi, makanan, beranda sendiri untuk tim, dan ada generator hingga hampir tengah malam. Tim GKI serasa mendapat rumah sendiri di lantai dua di rumah Ama Vita.Kedua rumah Ama-Ina Vita itu hancur terkena gempa akhir Maret 2005 lalu. h

Tidak ada komentar: