Jumat, November 30, 2007

2005 TIM GKI: SATU-DUA-TIGA

Oleh; Rasid Rachman

Lima hari setelah Tsunami melanda Nias, yakni 31 Desember 2004, Tim GKI kelompok pertama telah tiba. Namun baru hari Minggu, 2 Desember 2005, tim tiba di lokasi bencana Sirombu dan Mendrehe. Itu adalah kali pertama kami mengetahui langsung kenyataan yang ada. Sebelumnya kami hanya mengetahui keadaan Sirombu dan Mandrehe dari “kata orang”.
Tim satu ini sebenarnya belum bisa disebut tim, karena tanpa persiapan dan tanpa pembentukkan sebelumnya. Saya di-SMS oleh Sinode Wilayah untuk mempersiapkan bantuan ke Nias. Pdt Herman Baeha (GKI Serang)dan Pdt Arliyanus Larosa (GKI Kepa Duri) diikutkan. Namun dokter baru diperoleh menjelang tengah malam, yakni dr Suprapto (GKI Gading Serpong). Lebih parah lagi, dua tim medis: Edu dan Lita (keduanya dari GKI Serang), baru berkenalan dengan saya di Medan dan dengan teman-teman yang lain di Bandara Binaka. Mereka “terlambat” dua hari dari “pembentukan” tim satu ini. Untung, keakraban dan kekompakan dapat terwujud hanya sekitar 2 jam kami setelah tiba di Gunung Sitoli. Secara bertahap, kami semakin akrab, mengenal, dan semakin menjadi tim yang layak. Dua hal tersebut merupakan syarat penting dalam sebuah tim.
Tim tiga adalah tim GKI ke Nias yang berangkat pada gelombang ke-3. Gelombang pertama tiba tepat sepekan setelah bencana. Pekerjaannya adalah penanggulangan pertama korban bencana. Gelombang kedua berangkat pada pekan kedua Januari 2005, berhasil membangun dua jembatan kayu. Gelombang ketiga berangkat sejak 10 Februari kembali 22 Februari. Tim 3 adalah tim pertama – setelah itu ada 10 tim berikut – dengan misi rehabilitasi, yaitu membangun rumah dan alat produksi.
Hasilnya adalah belasan rumah dibangun dan direnovasi, dan belasan perahu dibuat. Tim tiga ini bekerja dengan konsep dan persiapan tim yang jauh lebih matang dari dua tim sebelumnya. Selama lebih dari satu bulan tim-tim GKI menetap di satu desa untuk mengawasi dan membantu pembangunan rumah penduduk korban tsunami. h

Tidak ada komentar: