Oleh: Rasid Rachman
T U G A S
Sesekali saya mendapatkan tugas pelayanan yang ber-tumpuk2. Biasanya tanpa sengaja. Pekan lalu, 28-30 Mei 2010, misalnya. Semula, saya dijadwalkan oleh Sinwil Jabar pertukaran ke Kebonjati – itu biasa. Namun beberapa bulan sebelumnya saya juga dijadwalkan memimpin materi teologi liturgi nikah di bina Pranikah di Puri Indah hari Jumat sebelumnya – itu juga masih biasa. Baru menjadi agak luar biasa ketika sebulan sebelumnya panitia Pranikah meminta tambahan materi, yakni Teologi Pernikahan, yang jelas2 bukan bidang saya. Jadi harus menulis lagi materi baru sebagai tambahan. Tidak lama kemudian, GKP Klasis Priangan meminta kesediaan saya membekali para aktivis ibadah di Lembang hari Sabtu pagi. Okelah, tiga2nya (dasar serakah!) saya sanggupi.
Persoalan menjadi agak rumit ketika saya baru tahu bahwa itu adalah hari libur panjang (Waisak), tagihan dari Pranikah bertubi2 padahal makalah belum selesai, dan surat dari GKP baru saya terima beberapa hari sebelumnya. Tambah rumit lagi, sesampainya di Lembang, saya baru tahu bahwa acara tersebut melibatkan saya hingga sore – bukan cuma 2–3 jam. Nah itu, Bandung sedang macet2nya, saya harus selalu bergegas, belum persiapan2 sebelumnya.
Maka jadilah, Jumat pagi meninggalkan rumah menuju GKI Puri Indah. Selesai 2 sesi Pranikah pukul 13.20 cabut menuju Bandung yang macet banget, karena semua orang dari segala ujung bumi plesir dan tumpleg-bleg di Bandung. Sabtu pagi2 bergegas ke GKP Lembang, pimpin hampir 3 sesi. Pukul 16 kurang dari Lembang menuju Bandung, menghabiskan waktu 3 jam lebih – kebayang ga sih – karena macet-cet di Ledeng dan Cihampelas. Minggu pagi2 sudah pimpin 2 ibadah di Kebonjati, tengah hari balik ke Jakarta.
Kalau sudah begini, cara paling afdol mengatasi stres adalah tetap santai dan menggunakan waktu istirahat se-baik2nya, supaya semua berjalan dengan baik dan pikiran tetap segar.
J A L A N2
Salah satu cara bersikap santai adalah berpikir atau anggap saja ini jalan2; wisata di dalam tugas. Kuncinya, pergi menuju ke tempat2 tujuan ketika masih banyak waktu, sehingga tidak buru2, dan masih sempat melihat2 kiri-kanan atau mampir2, dan sambil menikmati pemandangan alam dan mendengarkan musik di mobil.
Pemandangan sepanjang TOL Jakarta-Bandung tetap asik dilihat. Saat ini sudah mulai hijau, jurang2nya dan jembatan2nya tetap sensasi tersendiri bagi pengendara mobil. Nyanyian2 lama pop Indonesia yang terkesan jenaka, alunan musik piano Jaya Suprana yang tenang, dan petikan gitar Jubing yang mengesankan, adalah terapi istimewa di tengah ancaman stres dan ketegangan berkendara di TOL atau di macet.
Yang juga penting adalah motret2 di kemacetan. Memang sangat repot dan berbahaya, tetapi mengasyikan, asal ber-hati2. Tingkah polah orang, baik pengemudi maupun panjaja dagangan, merupakan sasaran bidik kamera. Lokasi2 tertentu, semisal rumah makan, tempat2 nongkrong, bangunan2 menarik, dan alam sekitar dapat menjadi sasaran pemotretan. Hanya sayang, sejauh ini saya belum mendapat objek pemotretan yang pas tersebut.
Bandung-Lembang kini agak berubah. Setelah Ledeng, menuju Lembang, ada tempat2 baru untuk nongkrong. Ada es krim, ada susu murni dan yoghurt, ada taman strawberi, dan ada hotel2 baru. Waktu terakhir ke mari, sekitar 4 tahun lalu, tempat2 tersebut belum ada. Lain kali, saya pasti ke mari untuk liburan dengan keluarga.
M A K A N2
Dalam “kamus” saya, makan2 di tempat di perjalanan adalah wajib hukumnya. Namun untungnya Dewa-Dewi Keberuntungan memang seringkali ga jauh2 dari saya. Tiba di GKP Lembang pukul 8.30, langsung ditawari susu murni, padahal baru 20 menit sebelumnya saya minum yoghurt. Dalam perjalanan ke GKP Lembang, Sabtu pagi, pukul 8 mampir dulu minum yoghurt yang sudah ngangenin.
Yang lebih mantap lagi adalah makan siang. GKP ini menyajikan saksang – B1 men – selain menu2 lain. Di Lapo2 di Jakarta dan Tangerang, saksang B1 sulit ditemui. Saya pernah makan saksang di BSD, Vila Melati Mas, dan Senayan, cuma menyediakan saksang B2. jadi, sudah lama sekali ga makan saksang B1, maka terpuaskanlah seleraku hari itu di GKP Lembang kemarin itu. Lebih mantap lagi, sehabis makan dibungkusin oleh ibu2 di situ sebagai oleh2.
Sesampainya di Bandung, di depan Hotel Trio Gardujadi tempat saya menginap, ada bubur ikan – enak tentu. Apalagi, bubur itu saya campur dengan saksang yang diberikan sebagai oleh2 oleh ibu di GKP Lembang. Rasa agak asin2 bubur dicampur dengan rasa pedas2 saksang, rasanya selangit euy. Saking enaknya makan, sampai lupa memotret menu kombinasi tersebut.
Selain bubur, di Gardujati juga ada nasi campur, bandrek, mi ayam, dan lain-lain. Tetapi, yah harus ingat umur. Tahun 1984 waktu baru lulus SMA, saya pernah jalan2 aja melewati Gardujati dengan aroma makanan2nya. Tapi waktu itu, kantong tidak memenuhi syarat. Sekarang, umur tidak lagi memenuhi syarat.
Tubuh lelah dan perut kenyang, padahal besok masih harus pimpin ibadah hari Minggu di GKI Kebonjati dan kembali ke Jakarta, membawa saya ke alam tidur lebih awal hingga esok pagi.
Bangun pagi2, siap2 pimpin ibadah utama. Selesai ibadah, GKI Kebonjati, tempat saya bertugas memimpin ibadah, menyediakan ngohiang ala Bandung. Hajar ble...eeh, sementara para Penatua menghitung uang kolekte di konsistorium.
Jadi siapa bilang perjalanan tugas ga bisa menyenangkan. Yang penting ada musik di mobil, makan2, dan motret2, maka tugas2 dapat dilakukan dan diselesaikan dengan baik. °
Kamis, Juni 03, 2010
TUGAS, JALAN2, MAKAN2
Label:
musafir jemaat
Langganan:
Postingan (Atom)