Jumat, Oktober 03, 2008

IMITASI

Sebuah Karya Kreatif Anak-anak Manusia di Muka Bumi

Oleh: Rasid Rachman

Tentu saja, manusia modern memerlukan banyak hal yang imitasi, sekalipun tidak mutlak untuk semua hal. Yang penting harus jelas, mana yang asli dan mana yang imitasi, sekalipun barang imitasi seringkali “memperlihatkan sendiri” keimitasiannya. Katakanlah: mata imitasi, gigi imitasi, rambut imitasi, tulang imitasi, kaki imitasi, jantung imitasi. Sesehari, benda-benda imitasi yang banyak gunanya tersebut selalu disebut palsu: mata palsu, gigi palsu, tulang palsu, kaki palsu, jantung palsu, padahal benda-benda tersebut jelas adalah imitasi.
Imitasi (imitatio) artinya tiruan atau contoh. Dalam fungsinya, imitasi seringkali menjadi pengganti. Sesuatu diimitasi karena yang asli tidak lagi berfungsi, hilang, atau rusak. Imitasi jelas berbeda dengan palsu. Imitasi adalah hasil karya kreatif manusia, dan banyak yang berguna bagi manusia. Bayangkan apabila tidak ada kaki imitasi atau gigi imitasi (toothlike), atau manusia tidak menciptakan kuda imitasi yang bernama sepeda motor. Setiap calon pilot membutuhkan latihan dengan menggunakan kokpit imitasi atau pesawat simulasi sebelum menerbangkan pesawat sesungguhnya ke angkasa. Demikian pula siswa sekolah menengah yang mengenal dan mempelajari anatomi tubuh manusia melalui alat peraga di kelas, yakni imitasi tubuh manusia. Rambut imitasi berguna bukan hanya bagi penampilan, tetapi juga bagi mereka yang karena sakitnya menjadi tidak berambut. Jelas, imitasi sangat berguna bagi kehidupan manusia, teknologi, dan ilmu pengetahuan.
Imitasi akan menjadi persoalan besar jika diselewengkan fungsinya. Semisal istri atau suami imitasi sementara istri atau suami tidak lagi berfungsi atau hilang atau meninggal dunia. Istilahnya, selingkuh tidak setia pun tidak.
Imitasi juga akan menjadi persoalan jika barang imitasi diperlakukan sebagai barang tulen. Misal, kaki imitasi digunakan dengan tuntutan secanggih kaki tulen tentu dapat membuat pemiliknya frustrasi. Klep jantung imitasi tentu harus digunakan terbatas pada kemampuannya sebagai imitasi. Mata imitasi tidak secantik mata asli, tentu. Selama benda-benda imitasi itu diperlakukan secara proporsional, niscaya langgeng.
Imitasi diberlakukan dalam beberapa tingkat, dari terendah hingga tercanggih. Pada tingkat sesehari, imitasi suara binatang atau alam kerap digunakan untuk kepentingan musik, drama, atau film. Dalam tingkat yang tinggi, imitasi dapat berupa kloning, baik kloning hewan maupun mungkin akan menjadi kloning manusia. Soal berterimanya kloning manusia, menurut beberapa pendapat, adalah hanya soal waktu saja.