Senin, Desember 10, 2007

SEKITAR TANGGAL PASKA



PENDAHULUAN
Dalam melihat tanggal Paska, kita seringkali dibingungkan oleh karena “tidak tetapnya tanggal Paska sebagaimana tanggal Natal”. Hal kebingungan tersebut dapat dipahami apabila melihat sistem kalender. Bahwasanya ada perbedaan kalender dalam menentukan hari raya Paska dan hari raya Natal. Tanggal Natal 25 Desember adalah tetap menurut kalender Gregorian, yakni kalender internasional yang digunakan di rumah-rumah kita. Tanggal Paska Yahudi 14 Nisan adalah juga tetap menurut kalender Yahudi yang tidak terdapat di rumah-rumah kita. Namun demikian, bukan berarti kita tidak dapat menentukan tanggal Paska tahun-tahun mendatang, walaupun tidak terlalu mudah.
Oleh karena menetapkan tanggal Paska merupakan perpaduan antara kalender Yahudi (sistem lunisolar atau perpaduan antara sistem bulan dan sistem matahari) dan kalender Gregorian (sistem solar, yakni sistem matahari), sementara jemaat kita menggunakan kalender Gregorian,[1] maka penyusun kalender perlu memperhitungkan beberapa hal untuk menetapkan tanggal Paska agar seragam dirayakan di seluruh dunia.[2] Secara sederhana dikatakan bahwa hari raya Paska jatuh pada hari Minggu pertama setelah Paska Yahudi (14 Nisan) pada bulan pertama dimulainya musim semi di tanah Palestina), atau setelah bulan purnama yang pertama tahun itu. Namun hal ini tetap saja menimbulkan kesulitan, sebab kelender Gregorian menggunakan sistem solar, berpatokan pada terbit-terbenamnya matahari, sehingga tak jelas kapan tanggal bulan purnama tersebut. Di samping itu, minimnya pengetahuan tentang orbit bulan secara akurat, baik bagi kebanyakan orang waktu itu maupun terpengaruhnya orbit bulan dengan perubahan orbit matahari dan planet-planet.
Ada dua pertemuan besar yang membahas dan menentukan tanggal Paska dalam sejarah. Yaitu Konsili Nicea abad ke-4 dan Pertemuan Aleppo abad ke-20. Konsili Nicea – bertujuan untuk menetapkan perhitungan tanggal Paska – dilatarbelakangi oleh keberbagaian tanggal Paska yang telah berkembang waktu itu. Gereja Roma dan Aleksandria telah tetap merayakan Paska pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pada equinox musim semi. Sementara Gereja Gallia telah menetapkan tanggal Paska pada 27 Maret dan kematian Yesus pada 25 Maret. Hal tanggal Paska yang tetap ini berlangsung sejak abad ke-3 hingga Abad-abad Pertengahan. Kaum Montanis di Asia kecil merayakan Paska pada hari Minggu setelah tanggal 6 April.[3]

Konsili ekumenis pertama di Nicea 325
Konsili Nicea – berdasarkan rekomendasi para astronom –memutuskan untuk menentukan tanggal Paska dengan imaginary moon, atau dikenal pula dengan ecclesiastic moon. Dalam keputusan itu, tanggal equinox musim semi ditetapkan pada tanggal 21 Maret. Perayaan kebangkitan Kristus selalu jatuh pada hari Minggu setelah bulan purnama, setelah 21 Maret dan sebelum 25 April. Maka tanpa bantuan astronomi canggih, orang dapat menetapkan tanggal Paska, sehingga setiap tahun Paska Gereja berlangsung antara 22 Maret dan 25 April.
Perayaan Paska Gereja (dalam hal ini Gereja Roma) yang selalu dirayakan pada hari Minggu merupakan keinginan konsili untuk menggunakan cara lain yang berbeda dengan orang Yahudi. Namun konsili berkeinginan untuk bersama-sama merayakan Paska di antara Gereja Kristen. Beberapa denominasi Gereja selain Roma yang disebut dalam konsili, yaitu: Afrika, seluruh Italia, Mesir, Spanyol, Gallia, Inggris, Libya, dan seluruh Akhaia, Diosis Asia, Pontus, dan Sisilia.[4]
Namun kemudian keinginan ini tidak mudah terwujud. Pada abad ke-4 dan ke-5 kembali terjadi ketidaksepahaman antara Roma dan Aleksandria. Waktu itu, Gereja Aleksandria menggunakan sistem kalender yang berbeda dengan kalender Julian, sehingga:
1) feria prima (hari raya pertama) tidak dimulai pada 1 Januari
2) perhitungan bulan purnama Roma sedikit lebih cepat, sementara Aleksandria agak terlambat
3) equinox di Roma jatuh pada 18 Maret, sementara Aleksandria pada 21 Maret.[5] Tentu saja hingga tahun 343, beberapa kali perayaan Paska Gereja Roma berbeda dengan Gereja Aleksandria.

Untuk mengatasi hal tersebut, dibentuklah sinode Sardica (343) demi mengatur kembali tanggal Paska dalam lima puluh tahun ke depan. Ini pun tidak sepenuhnya berhasil. Akhirnya masing-masing menempuh caranya sendiri-sendiri. Batas akhir perayaan Paska Gereja Roma adalah tanggal 21 April. Sementara perayaan Paska Gereja Aleksandria dapat dilaksanakan setelah tanggal 25 April.[6] Demikian halnya dengan Gereja-gereja Timur, mereka tidak mengikuti kalender Gregorian dari Paus Gregorius XIII, melainkan tetap mengikuti kalender Julian, yakni kalender yang diralat oleh Gereja Roma pada abad ke-16. Akibatnya hingga kini, seringkali Gereja-gereja Timur merayakan Paska lebih kemudian ketimbang Gereja-gereja Barat.[7]


Pertemuan ekumenis di Aleppo-Syria 1997
Soal Gereja-gereja Timur, akhir-akhir ini mulai muncul keinginan untuk menetapkan sistem penanggalan yang sama antara kalangan Orthodox dan Lutheran di Amerika Serikat agar perayaan Paska dilangsungkan bersamaan. Hal ini pun telah didengungkan oleh Konsili Vatikan II untuk merayakan Paska secara bersama-sama di antara umat Kristen dalam satu hari (SC 164:20). Dalam studi dan dialog “Toward a Common Date for Easter” di Aleppo-Syria 1997 melalui konsili Gereja-gereja Timur Tengah dan Dewan Gereja se-Dunia menelurkan beberapa kesepakatan.[8] Misalnya, untuk Paska tahun 2001, semula Gereja-gereja Barat menetapkan Paska pada 23 April sementara Gereja-gereja Timur pada 30 April. Namun, akhirnya semua bersepakat untuk merayakan Paska pada tanggal 15 April, sedangkan Paska Yahudi jatuh pada bulan purnama 8 April 2001. Hal ini sesuai dengan konsili Nicea (325) tentang penetapan Paska. Beberapa hari raya yang seragam antara Gereja Timur dan Gereja Barat adalah tahun 2004 (11 April), 2007 (8 April), 2010 (4 April), 2014 (20 April), dan tahun 2017 (16 April). Sejalan dengan itu, dekret Aleppo tidak ingin menetapkan tanggal pasti (dalam kalender Gregorian) untuk Paska setiap tahun seperti halnya Natal dan Epifania. Sayang, pertemuan Aleppo – diikuti oleh tujuh belas wakil denominasi – tidak sepenuhnya berhasil menyeragamkan tanggal Paska dalam 25 tahun ke depan ini. Ada beberapa tanggal yang seragam, namun banyak pula yang tetap sendiri-sendiri.
Sesuai dengan rekomendasi Aleppo-Syria tersebut, yaitu: berpegang pada norma Konsili Nicea, perhitungan data astronomis (equinox dan bulan purnama), dan berdasarkan meridian Yerusalem atau Paska Yahudi, sidang merencanakan tanggal Paska sejak tahun 2001 hingga 2025 (bnd Kel 12:18; Im 23:5; Bil 28:16; Ul 16:1-2). Tahun dimulainya membersamakan tanggal Paska antara Gereja Barat dan Gereja Timur menunjukkan keinginan umat Kristen merayakan kebangkitan Kristus pada hari yang sama sejak abad yang baru dalam milenium baru.[9]

Catatan-catatan
[1] Bukan karena alasan ini apabila penyusun kalender Indonesia tidak mencantumkan hari raya Paska dan Pentakosta dalam kalender Indonesia.
[2] Untuk menyusun tulisan ini, kami memanfaatkan tiga artikel melalui milis cybergki di surat elektronik (e-mail) yang ditulis atau dikirimkan oleh ahlinya. Kami berterima kasih kepada Grace Marry Sabandar yang mengirimkan artikel: TANGGAL PASKA, yang pernah dimuat di majalah GKI Pondok Indah “KASUT” tahun 1999. Juga kepada Ester Sutanto yang mengirimkan diskusi tentang topik: U.S. LUTHERAN-ORTHODOX DIALOGUE BACKS COMMON DATE FOR EASTER, dalam “ELCA NEWS SERVICE” tanggal 14 Maret 2000. Dan juga kepada Heri Muliono yang menulis artikelnya: MENGHITUNG TANGGAL PASKA, yang sangat informatif tersebut.
[3] Holweck, h 3-4.
[4] Sebagaimana di-copy dari website Christian Classics Ethereal Library 27 Mei 1999, On the Keeping of Easter.
[5] Sebagaimana di-copy dari website Christian Classics Ethereal Library 27 Mei 1999, Excursus on the Subsequent History of the Easter Question.
[6] Duchesne, h 238.
[7] Gantoy & Swaeles, III, h 305-306:10, WCC 1997, h 6-7 dan lihat uraian kalender dalam bab tata waktu.
[8] Pertemuan Aleppo-Syria dihadiri oleh sebelas partisipan dari Adven Hari Ketujuh, Gereja-gereja Orthodox, Anglican, Timur Tengah, Kaum Injili Timur Tengah, dsb.), dua tuan rumah Syria, dua konsultan (Orthodox dan Pantekosta), dan dua staf DGD.
[9] WCC, h 5-6.

Tidak ada komentar: