Jumat, Desember 07, 2007

LITURGI-LITURGI NATAL



Oleh : Rasid Rachman


Umumnya, Gereja-gereja merayakan Natal sebagai berikut:

1) Hari raya kelahiran Yesus pada senja antara pukul 18.00 dan tengah malam sekitar pukul 23.00 pada tanggal 24 Desember (missa in nocte, misa malam). Kebaktian Natal I Ini adalah satu dari tiga liturgi Malam. Dua yang lain ialah Paska (setelah Sabtu Sunyi) dan Pentakosta. Pembacaan pertama pada tahun liturgi A-B-C adalah kesaksian Yesaya tentang pemenuhan pengharapan mesianis dengan datangnya Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yes 9:1-6). Pembacaan kedua tahun A-B-C adalah tentang kasih karunia yang menyelamatkan (Tit 2:11-14). Pembacaan Injil tang kelahiran Yesus menurut Lukas (Luk 2:1-20) untuk tiga tahun liturgi. Pemanggungan dengan dekorasi bayi Yesus dengan para gembala (sering ditambahkan dengan para majus) di sekitar kandang adalah pengaruh Fransiskus Asisi (1181-1226). Tujuan semula adalah untuk menggambarkan penyembahan pada sang Bayi kudus, bukan penjelasan detail peristiwa itu. Fransiskus ingin menampilkan tentang penderitaan yang berat atas Sang Bayi: “betapa Dia terbaring di palungan di kandang, dengan kawanan ternak di sekitar-Nya”.
Ketiga liturgi Natal dibuka dengan doa pembuka dan simbolis cahaya atau lilin: “Engkau membuat malam kudus ini berseri dengan kemulian Yesus Kristus, Terang kami, penglihatan yang bersinar dan yang baru dari kemulian-Mu “.
Doa Persembahan: “Kami dijadikan Putera-Mu, kemanusiaan (atau: kelemahan) kami disatukan dengan keilahian-Nya (atau: kemulian-Nya).” Sebuah antifonal dari Mazmur 2:7 dinyanyikan untuk menghantar kepada misteri Natal. Antifonal ini ditambahkan: “Tuhan berkata kepadaku, Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakan pada hari ini. “Lalu sambil berlutut umat mengucapkan pengakuan iman terutama pada bagian konsep dan kelahiran Yesus.
2) Kunjungan para gembala menjumpai Sang Bayi pada fajar (missa in aurora, misa surya). Ibadah Natal II ini dilaksanakan sekitar pukul 06.00. Secara kronologis, kebaktian kedua ini adalah kebaktian Natal terakhir yang dirayakan (pada abad ke-6), setelah kebaktian malam dan siang dilaksanakan.
Penekanan pada liturgi fajar untuk tahun A-B-C ialah Lukas 2:15-20, walaupun yang dibaca adalah 2:1-20. Liturgi ini sangat sederhana dengan memperlihatkan para gembala yang menyembah Bayi Kudus. Antifonal: Terang akan menerangi kami hari ini ¼.” Doa pembuka: “Kami diterangi/dipenuhi oleh cahaya baru dengan kedatangan firman-Mu di antara kami. Terang iman menerangi kata dan perbuatan kami, “Lalu Mazmur responsori (97:11): ‘Terang telah terbit bagi orang benar, dan suka cita bagi orang-orang tulus hati.” Pembacaan Perjanjian Lama dari Yesaya 62:6-12, dan Perjanjian Baru dari Titus 3:4-7 yang menekankan makna kelahiran Yesus sebagai kabar baik bagi orang miskin.
3) Inkarnasi Allah menjadi manusia berdasarkan Yohanes 1:1-14 pada tanggal 25 Desember (missa in die, misa siang). Ibadah Natal III ini dilangsungkan sekitar pukul 10.00. Tema ibadah untuk tiga tahun liturgi, yakni Yohanes 1:1-14, “ Pada mulanya adalah firman,” dibacakan sebagai pembacaan ketiga. Pembacaan Perjanjian Lama sebagai pembacaan pertama ialah Yesaya 52:7-10 tentang kedatangan pembawa berita keselamatan. Pembacaan Perjanjian Baru ialah Ibrani 1:1-12 “Anak-Nya adalah Raja”. Liturgi Natal siang bertema tentang kelahiran kembali Yesus, namun pusat liturgi Gereja ialah kebangkitan Yesus. Oleh sebab itu waktu Natal pun tersirat soal sengsara dan mati dan bangkit Tuhan.
Dewasa ini, lazimnya Gereja di Indonesia menyelenggarakan dua liturgi Natal. Gereja-gereja Protestan lazim melayankan liturgi senja atau malam dan liturgi pagi. Gereja Roma Katolik lazim melayankan liturgi senja atau malam dan liturgi siang.
Sementara Epifania 6 Januari dirayakan oleh Gereja Barat sebagai hari penebusan di dalam hubungan dengan orang Majus. Bagi Gereja Timur, 6 Januari sebagai hari pembaptisan Yesus, dan perkawinan di Kana. Perihal para orang Majus, sebagaimana kesaksian Alkitab, mereka tidak menjenguk Bayi Yesus di palungan pada malam kelahiran-Nya (apalagi berpapasan dengan para gembala), melainkan beberapa waktu sesudahnya (bnd Mat 2:11 “masuk mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya”).
Tentang legenda orang Majus, gereja kini lazim menyatakan ada tiga orang Majus. Ada pula yang menamakan hari Epifania ini dengan Perayaan Tiga Raja. Bahkan dikenal pula nama-nama ketiga Majus, yaitu: Kaspar, Melkior, dan Beltasar. Ketiga nama itu dikenal melalui drama-drama Natal yang muncul dan mulai digunakan pada abad ke-9. Alkitab (Mat 2:1-12) sendiri tidak menuliskan berapa jumlah orang Majus dari Timur itu. Alkitab hanya menuliskan tentang tiga persembahan mereka, yaitu: emas, kemenyan, dan mur (Mat 2:11).

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ARTIKEL YANG DALAM.. TERIMAKASIH.

Anonim mengatakan...

ARTIKEL YANG DALAM.. TERIMAKASIH.

Rasid Rachman mengatakan...

Terima kasih, Anonim. Komentar Anda adalah dukungan kami.